Kejadian bencana alam banjir tidak sekali atau dua kali
terjadi di kota Jakarta bahkan lebih, sedangkan di tempat lain di beberapa
daerah juga mengalami hal sama, justru kebanyakan diikuti lumpur. Kalau di
daerah musibah tersebut kebanyakan diakibatkan oleh terjadinya penggundulan
hutan, atau penumpukan sampah di sungai. Penggundulan hutan merupakan masalah
utama yang sulit dipecahkan, karena setiap kali melakukan operasi penebangan
liar selalu lolos dari kejaran petugas. Bahkan seperti terjadi di beberapa pegunungan
di Jawa timur sekitar tahun 2000-an terdapat penebangan hutan secara
besar-besaran di lereng gunung Penanggungan, tanpa diketahui apakah itu sah
atau tidak.
Jika dilihat penebangannya sangat merata tidak mungkin jika
tanpa ijin pihak Perhutani, tapi bila dilihat aturan menebang pohon di hutan
itu kurang sah. Sehingga dampaknya pun berimbas pada masyarakat korban bencana
alam di Padusan Air Panas Pacet, Mojokerto pada tahun 2002, sekitar 32 orang
tewas akibat banjir bandang bercampur lumpur serta batu. Pastinya kesulitan
menangani penebangan hutan secara tidak terkontrol juga melibatkan beberapa
oknum aparat keamanan setempat. Bukannya menuduh tapi memang kenyataan sistem
berjalan demikian di lapangan, tidak perlu ditutupi.
Beberapa tahun lalu juga pernah terbongkar kasus illegal
logging di Kalimantan secara besar-besaran dengan menyelundupkan melalui jalur
Serawak. Belum lagi adanya kebakaran hutan baik sengaja maupun tidak sengaja
dilakukan oleh sekelompok manusia bahkan perusahaan ternama. Kesalahan mereka
membakar hutan untuk membuka lahan terlalu beresiko, akhirnya melahap lebih
dari lahan yang mereka buka. Kadangkala perusahaan melakukan kenakalan untuk
mendapatkan ijin membuka lahan lebih luas juga sengaja membakar hutan lebih
dari yang dibayangkan sebelumnya. selain dampak polusi udara juga berdampak
pada satwa liar didalamnya, terlebih lagi jika musim hujan tiba pastinya air
bah akan segera menggulungnya.
Penyebab-penyebab tersebut merupakan pekerjaan rumah yang
belum juga ada penyelesaiannya. Memang perlu adanya pendidikan dini mengenai
penyebab terjadinya banjir, juga pendidikan moral akan kepentingan bersama.
Sebenarnya semua cara itu sudah dilakukan tapi sia-sia adanya, meski sudah
paham dapat merusak alam tapi jika terkena uang semua dapat dilupakan seketika.
Banyak pura-pura tutup mata atau sekedar maling teriak
maling, seperti terjadi musibah kebakaran di Riau ketika Malaysia dan
Singapura. Kedua negara tersebut menuduh Indonesia akar masalah terjadinya
polusi udara tinggi di negara-negara tersebut, kenyataannya kebakaran hutan
tersebut terjadi akibat ulah delapan perusahaan besar salah satunya milik
perusahaan Malaysia dan Singapura. Sama seperti musibah banjir yang sering
terjadi, jangan sekedar menyalahkan siapa dalang dari semua ini tapi cobalah
mencari solusi bersama. Tidak hanya pemerintah, seharusnya masyarakat juga
memikirkan cara menanggulanginya.
0 komentar:
Posting Komentar